SMK Negeri 2 Balikpapan

Jl. Soekarno Hatta Gn. Samarinda Balikpapan

"Tiada Hari Tanpa Prestasi"

Skripsad Angga

Kamis, 14 September 2023 ~ Oleh kesiswaan ~ Dilihat 81 Kali

Berdasarkan latar belakang yang belum diberitahukan dan dijabarkan dengan rinci dan selengkap-lengkapnya, butuh banyak sekali keterangan seperti runtutan peristiwa, kejadian sebab-akibat, dan  peran para tokoh untuk membuat kisah ini menjadi utuh. Bahwa dalam hidup terdapat banyak rumusan masalah yang harus diteliti dan dicari solusi yang tepat untuk memecahkan apapun itu yang mengganggu kelangsungan hidup manusia. Tujuan dari kisah ini yaitu untuk membuat  kalian, para pembaca lebih sering membaca sebuah buku entah itu novel, komik, buku pelajaran, atau buku apapun yang bermanfaat dibandingkan dengan kalian bermain gadget terus-menerus yang bisa membuat kesehatan mata kalian terancam. Kesimpulan dari kisah ini yaitu menjadi manusia sangat menarik. Mengalami kejadian apa saja, kapan saja, di mana saja, dan ada-ada saja. Tidak mudah, namun jangan merasa sulit karena Tuhan Maha Penolong pada akhirnya.

Diawali dengan menjadi mahasiswa pejuang skripsi yang sangat sulit. Banyak proses yang harus dihadapi, banyak pihak yang harus dilibatkan, dan banyak pemikiran-pemikiran yang menguras otak dengan sangat parah (bagi yang otaknya tidak begitu cerdas). Bagi yang bukan atau belum menjadi seorang mahasiswa, kisah ini menjadi gambaran kalian bagaimana seorang mahasiswa semester akhir menjalani hidupnya.

Angga memberhentikan kendaraannya di salah satu mall di Balikpapan. Sebut saja BSB. Tidak perlu diberitahukan kepanjangannya dari BSB itu apa, orang yang tinggal di Balikpapan pasti sudah tahu.

Bu, sebentar saya ke rumah Ibu. Sekitar 20 menit lagi sampai.

Pesan terkirim ke kontak Ibu Mardiana, selaku dosen pembimbing Angga dalam menulis proposal skripsi.

Treng teng teng…. Treng teng teng… treng teng teng…. (Kara memanggil).

“Halo Kar! Kenapa?”

“Jadi ke rumah Bu Mardiana kah?”

“Iya jadi.”

“Yaudah semangat ya.”

“Iya. Coba aja kerjamu ga lembur terus Kar. Pasti kamu bisa kerjain skripsi dan bimbingan juga.”

“Ya mau gimana lagi. Kerja pakai hati harus ikhlas kan. Kita butuh uang buat bayar skripsi.”

“Iyasih bener juga. Yaudah Kar ini aku lagi di BSB. Dari sini aku langsung ke rumah Bu Mardiana. Nanti kalau sudah selesai kerja bilang ya.”

“Kamu ngapain ke BSB?”

“Belikan Bu Mar tas jalan. Biar senang aku kasih hadiah dulu. Siapa tau nanti revisiku sedikit.”

“Jadi kamu mau nyogok nih?”

“Ya ga nyogok juga. Kasih hadiah doang. Anggap aja sedekah ke dosen. Biar makin banyak rezekiku.”

“Oh gitu. Berarti aku juga harus beli-beli nih kalau menghadap beliau. Yaudah good luck ya buat kamu. Semoga bisa cepat lulus.”

“Aamiin..Yaudah aku berangkat dulu Kar.”

Telepon tertutup. Segera Angga bergegas menuju rumah Bu Mardiana. Ini kali pertama iya melakukan bimbingan. Semoga saja revisinya tidak banyak dan ribet. Semoga tidak perlu banyak buku yang harus dilibatkan lagi. Sebenarnya Angga orang yang malas membaca buku. Ia lebih senang belajar dengan cara mendengarkan. Berlawanan dengan Kara yang sudah bermata empat alias memakai kacamata, buku menjadi teman setia pada waktu luangnya.

Tok tok tok…..

Belum sempat Angga mengucapkan salam, baru mengetuk pintu rumah Bu Mardiana tiba-tiba handphonenya berdering.

Treng teng teng…. Treng teng teng….. treng teng teng…. (Bapak memanggil)

Angga mengangkat telepon dan pergi dari rumah Bu Mardiana.

 

Esok siangnya, hujan turun dengan deras. Suasana pemakaman semakin menyedihkan. Kara beberapak kali mengelus punggung Angga yang menangis tiada henti. Ibu Angga meninggal. Belum sempat skripsinya direvisi, belum sempat Angga bertemu Bu Mardiana. Namun kenyataan pahit tiba-tiba saja menerpa kehidupan Angga. Hal itu membuat Angga tidak bisa melanjutkan skripsinya dan mungkin saja Angga akan memutuskan untuk berhenti kuliah.

 

Oleh : Lafia

KOMENTARI TULISAN INI

  1. TULISAN TERKAIT